Transcript Document 7407971
Oleh DR. Mudatsir, M. Kes mudatsir_idris@yahoo.com
Jurusan Biologi FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSALAM-BANDA ACEH 2010
1.
2.
Nemathelminthes (cacing gilik) (nema=benang/bulat) -Nematoda Platyhelminthes (cacing pipih) - Trematoda (cacing daun) - Cestoda(cacing pita)
Mempunyai jumlah spesies terbesar di antara cacing yg hidup sbg parasit Cacing ini berbeda dalam habitat, daur hidup dan hubungan hospes parasit Morfologi - Besar dan panjang beragam (beberapa ml – 1 meter - Mempunyai kepala, ekor, rongga badan dan alat-alat agak lengkap - Cacing dewasa tidak bertambah bertambah banyak di badan manusia
- Dapat mengeluarkan telur 20-200.000/hari dari badan hospes melalui tinja - Bentuk infektif dpt memasuki badan manusia dengan cara: 1. Masuk secara aktif 2. Tertelan 3. Vektor
Berdasarkan Tempat Hidup Nematoda dibagi ke dalam 2 golongan: 1.
2.
Nematoda Usus Nematoda Jaringan
Ascaris lumbricoides Enterobius vermicularis Taxocara canis kuncing dan Cacing tambang ( Necator americanus Ancylostoma duodenale Ancylostoma braziliense Ancylostoma ceylanicum Trichuris trichiura (cacing gelang) (cacing kremi) Taxocara cati hookworm ): Strongyloides stercoralis manusia manusia kucing, anjing anjing, (cacing cambuk)
Hospes: manusia Penyakit: askariasis Distribusi geografik: Survei Morfologi dan siklus hidup 70% Cacing jantan: 10-30 cm Betina 22-35 cm 100.000-200.00 (dibuahi dan tidak dibuahi) Dlm lingkungan yang sesuai telur dibuahi menjadi bentuk infektif 3 minggu
Masuk ke tubuh manusia tertelan Siklus hidup: tertelan usus pembuluh darah/sal. Limfa larva jantung aliran darah darah paru dinding pembuluh alviolus trakhea faring tertelan ke dlm esofagus, usus halus dewasa. Dari telur matang sampai cacing dewasa bertelur rongga alviolus rangsangan batuk 2 bulan.
cacing
Gejala Gejala pada stadium larva -Ketika larva berada di paru perdarahan kecil pada dinding alviolus dan batuk Gejala pada stadium dewasa -Biasanya ringan: gangguan usus: mual, nafsu makan berkurang dan diare -Pada infeksi berat: anak2 malnutrisi malobsorbsi obstruksi usus Diagnosis Pemeriksaan tinja secara langsung telur
Pengobatan Perorangan dan massal Epidemiologi -Tertinggi pada anak-anak 60-90% -Kurang pemakain jamban -Tanah liat, kelembaban tinggi, suhu 25 35C faktor penting untuk berkembang biak telur
Hospes : Manusia Nama penyakit: enterobiosis, oksiuriasis Distribusi geografik Kospololit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin dengan daerah panas Daerah dingin jarang mandi/mengganti baju dalam
Morfologi dan Daur Hidup -Cacing betina 8-13 mm; janan 2-5 mm -Habitan jam dingin daerah sekum -Makanannya dikeluarkan Tertelan telur isi usus -Telur 11.000-15.000 butir matang setelah 6 -Telur resisten terhadap desinfektan dan udara hidup 13 hari menetas di daerah perineal bermigrasi ke usus besar -Waktu untuk siklus hidup 2 minggu s/d 2 bulan - Dapat sembuh sendiri bila tidak reinfeksi
Gejala Klinis - Enterobiosis relatif tidak berbahaya - Iritasi pada daerah anus, perinium dan vagina bermigrasi menggarus anus pada malam hari - Kurang nafsu makan, berat badan menurun, aktivititas meninggi, cepat marah, insomania Diagnosis Anal swab
Epidemiologi Penyebaran lebih luas 1.
Penularannya dapat dipengaruhi oleh: Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal 2.
3.
Debu Yang mengandung telur cacing Retroinfeksi melalui anus: larva dari anus yg menetas kembali ke masuk ke usus
Memutuskan rantai daur hidup dengan : - Defekasi dikakus - Menjaga kebersihan - Pengobatan masal Pemberian penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan
Hospes T. canis anjing Hospes T. cati kucing Distribusi geografik Kosmopolit, di Jakarta pada anjing 38,5% Pada kucing 26,0% Morfologi T.canis: jantan 3,6-8, cm: betina 5,7-10 cm T.cati Jantan 2,5-7,8; betina: 2,5-14,0 cm Bentuknya menyerupai A. lubricoides muda
Gejala Klinis
Pada manusia tidk menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam, khususnya di hati Penyakit yg disebabkan larva yang mengembara visceral larva migrans Gejala demam dan hepatomegali
Diagnosis
Menemukan larva (sukar ditegakkan)
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale Sejarah Cacing tambang pekerja tambang di Eropa dulu ditemukan pd Hospes dan Nama penyakit Hospes: manusia Penyebab nekatoriasis/ankilostomiosis Distribusi Geografik Di daerah khatulistiwa: pertambangan dan perkebunan Prevalensi di Indonesia (pedesaan) sekitar 40%
Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewas di rongga usus mulut melekat pada mukosa dinding usus N. americanus 9000 telur/hari A. duodenale 10000 telur/hari Cacing betina 1 cm, jantan 0,8 cm N. americanus seperti huruf S A. duodenale seperti huruf C Telur dikeluarkan melalui tinja, menetas 1 1,5 hari larva rabditiform, tiga hari larva filariform tembus kulit (hidup 7-8 minggu)
Daur Hidup Telur larva rabditiform menembus kulit larva filariform halus kapiler darah jantung paru bronkus trakhea laring usus Infeksi terjadi bila larva menembus kulit Infeksi A,duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform
1.
2.
Gejala Stadium larva Terjadi perubahan pada kulit N.americanus
0,1cc/hari/ekor A. duodenale cc/hari/ekor darah 0,005 griund itch Stadium dewasa Tergantung spesies dan keadaan gizi penderita darah 0,08-0,34
Diagnosis: telur dalam tinja Epidemiologi Di Indonesia (pedesaan) perkebunan pekerja berubungan dng tanah 70% Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk penting dalam penyebaran infeksi Tanah gembur/berpasir/humus 32C suhu 28 N.americanus; A. duodenale suhu 23 25C Menghindari infeksi sanda/sepatu
Hospes; manusia trikuriasis Distribusi geografik: kospmopolit Morfologi Betina kira-kira 5 cm, jantan 4 cm Bagian anterior spt cambuk 3/5 dr panjang seluruhnya; posterior lebih gemuk Cacing dewasa hidup di kolon Betina 3000-10000 butir/hari
anterior Posterior
Betina Jantan
Daur hidup Tinja Telur menjadi infektif 3 minggu tertelan mukosa usus Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus timbul iritasi Epidemiologi/Penyebaran Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi dengan tinja.
Frekuensi di pedesaan antara 30-90%
Untuk pemeriksaan periksa tinja Epidemiologi/Penyebaran Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi dengan tinja.
Frekuensi di pedesaan antara 30-90%